Izinkan saya menyampaikan sebuah cerita yg pernah saya baca, tentang seorang petugas PU dan kartunya.
Seorang petugas Departemen PU yang congkak berhenti di sebuah pertanian dan berbicara dengan seorang petani tua. Dia berkata kepada petani itu,” Saya ingin memeriksa pertanian Bapak untuk melihat kemungkinan dijadikan jalan baru.”
Pak Petani “Silahkan, tapi jangan masuk ke ladang itu.” Si petugas berkata, “saya diberi wewenang oleh pemerintah untuk pergi ke mana pun saya mau. Bapak lihat kartu saya ini ? Saya berhak pergi ke mana saja saya mau di tanah pertanian ini.”
Maka, Pak Petani pun melanjutkan pekerjaannya. Beberapa saat kemudian, Pak Petani mendengar jeritan keras dan melihat petugas PU itu berlari lintang pukang menuju pagar sementara dekat dibelakangnya berlari banteng besar milik Pak Petani.
Banteng itu lebih mengerikan daripada sarang lebah dan dengan setiap derap larinya semakin mendekati si petugas PU.
Sambil tersenyum, Pak Petani berteriak kepada si petugas PU, “Tunjukan saja kartumu”.
Seraaaaaam.
Tunjukan saja kartunya? Lucu sekali, bukan?
Kita bertanya pada diri kita sendiri :
Sudah berapa kali dalam hidup kita, kita menjadi petugas PU itu?
Berapa kali sudah kita memamerkan kartu kita, mengabaikan para petani yg mencoba memperingati kita, karena berpikir bahwa kita lebih tahu daripada mereka?
Berapa kali sudah kita dengan angkuhnya melangkah memasuki pertanian dan menolak nasehat yg diberikan para petani di sana?
Berapa banyak banteng yg pernah mengejar kita keluar dari pertanian karena kita menolak mendengarkan nasehat para petani?
Bagaimana dengan kita?
Pernah menjadi petugas PU?
Atau mungkin kita adalah pak petani yg mencoba memberi tahu petugas PU tetapi tidak dipedulikannya?
“Demi masa. Sungguh,manusia dalam kerugian, kecuali mereka beriman dan saling melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran.” [al-Ashr 103:1-3].
No comments:
Post a Comment